TERLAMBAT TERBIT

Bolehlah kau terangkan ini itu
Kau tunjukkan langkah efektif
Analisa masalah, kemungkinan solusi
Hingga trik-tip menghadapinya

Oke, aku sediakan kuping untuk mulutmu
Ku gelar jiwa samudra untuk badai cita-citamu
Dan sekotak penghapus serta tipexJ
ikalau kau salah menuliskan untukku

Lho, apa-apa an ini kok jadi lesu!?
Jadi apa yag harus kutulis hari ini?
Akibat suplemen kadaluarsa?
Atau maaf, …putus asa?

Bualan teori kadang perlu
Tamparan pun perlu
Tapi yang belum terlihat dipagi ini
Terbitnya matahari dari jiwamu

Tiko, April 2009
Pacarnya Rupa,sudahkah engkau berkarya?

Nyatanya sepi-sepi saja, emang berapa mata yang mau melihatmu?
Jangan-jangan kamu palsu, hingga orang tak mau melihatmu.
Atau jangan-jangan kamu begitu asli,
sementara mereka yang diluar sana super palsu dan maaf,
mungkin matane mereka cuma mampu memandang yang palsu?

Yang terjadi kan kau menggelarnya disana,
Kau pindah disini,
Kau geser lagi disana,
Oalah-oalah
Sibuk sekali engkau dengan permainanmu itu,
Penting enggak sih?

Bisa enggak ya, umpama setiap kilatan bayang mata mereka
Memancar senyum indah warnamu.
Cembung bola mata mereka
Memantul balance komposisimu.
Dan setiap fokus pandangannya adalah totalitas ekspresi estetikmu
Hingga ketika mereka menangkap ujaranmu,
Menikmati serasa memilikimu dan sesuatu itu.
Bahkan jikalau mata terpejam dan waktu berlalu,
Engkau mampu berada dalam kegelapannya
Dengan terangnya keelokannmu
Syukur engkau mampu menemaninya
Dalam setiap gerak lakunya
Rupa, ijinkan aku disini
Merindumu.

Tiko, 2 April 2009

Hallo seni rupa

Hallo seni rupa
Apa kabarmu di sana
Ngambek yah
Kok diem terus sich
Mbok ya bohong
Aku pingin kau gombalin lagi

Hallo seni rupa
Cakram mu luar biasa
Emang beli dimana
Bagi untukku juga

Hallo seni rupa
Rupa-rupanya
Wajahmu memerah juga
Krasa apa pura-pura

Hallo seni rupa
Aku menantimu
dimana-mana

tiko, maret 2009

Meniti Kesadaran













Meniti Kesadaran
Acrilik on Canvas
110x150cm
2007
Tetesan embun menitikDiatas daun hijau,
Tik,…
Tik,…
Jatuhan lembut perlahan mengangkat jiwa,
Jiwa yang perlahan tersenyum
Menatap kemewahan kemurnian kalbu
Kalau saja detikan dinding dapat direkayasa,
Semua jiwa akan menarik raga yang sedang‘merasa’
Tapi tak mungkin semua

Anyes, 21 maret 2009
Hidup itu seperti deretan tuts piano
Yang putih kebahagiaan, yang hitam kesedihan…
Tapi karena tangan tuhan yang memainkannya untuk kita,
Yang hitam pun dapat mengalunkan musik yang indah…
Selamat malam

Anyes, 21 maret 2009
Angin berhembus perlahan
Semilir lembut menyetubuhi raga
Merasuk dalam sukmatapi terpental,
terbanting lara
Kenikmatan pukulan angin itu
membekas
dan
terbekas

Anyes, maret 2009

Wilcimo Widodoro

Bulan ini aku sangat gembira, pasalnya ada teman yang bersedia menyumbangkan karya2nya untuk turut bergembira bersama menanam bunga, dan bermain air (keceh) yang tanggapan dalam sms nya: “Wijik neng kolam? Wah ojo, kapiken, wijik ning kalen wae karo dolanan jangkrik hehehe…” (cuci kaki di kolam? Wah jangan, itu terlalu bagus, cuci kaki di sungai saja sambil bermain jangkrik hehehe..) Begitulah cerianya sahabatku, sahabat baru yang terasa lama yang ketemu di kampus Hastina Wiyata (istilahnya Pak Arif Pandu Putra bagi kampus UST). Namanya Agnes Sri Paulina, yang besok tanggal 25 April 2009 wisuda S-1 di Universitas Sanata Dharma. Saya ucapkan salamat atas keberhasilan menempuh jenjang studimu itu, semoga gelar sarjana yang kau raih tetap bersekala universal, bukan mengecil menjadi fakultatif. Wujudkan cita-citamu yang belum tercapai. Begitu juga selamat datang di kolam ini. Dari jauh kiai kodok ijo tersenyum padamu. Wilcimo widodoro.
Hadirmu memberikan harapan kepada datangnya teman-teman yang lain, para kesatria pacul emas, petani dari jawa, segeralah kembali untuk mengolah tanah yang diwariskan kepadamu. Bukankah gurumu sudah memberikan bibit tanaman itu, kenapa tak kunjung engkau tanan di bumi pertiwi ini. Walaupun engkau tak membaca tulisan ini, semoga kembali teringat tugas itu lagi.

Tiko, april. 2009

Teringat Indah

Siang kala itu terik sekali, di pertengahan bulan febuari 2009 aku melajukan motor ke kontrakan Jagan.
Sebelum benar sampai rumah, rintik hujan menyerang bumi
turun dengan derasnya, sungguh dengan tiba-tiba.
Niatku untuk menjemur anganku, harapanku, impianku sirna.
Cahaya matahari itu tidak menjatuhkan pilihannya untukku.
Aku siang itu kembali teringat kepadamu.
Kecantikanmu, kebaikanmu, keindahanmu yang dulu selalu kurindu
masih kutaruh di jemuran hatiku.
Kutepikan di sana, biar panas, biar hujan, biarlah tetap disana,
karena panasmu- hujanmu belum kutemukan gantinya.
Cintaku terlatih untuk menerima tamparan-tamparan itu
Dan pasti bukan tubuhmu, wajahmu yang masih menyeretku kesana.
Kekagumanku akan kugenggam erat dari engkau pesona
Untuk kembali belajar melihat dengan jernih
Kepada kejernihan arti hadirmu.

Tiko, feb.2009

Ngopi

Gunung itu hanya berupa
Tumpukan tinta dan sedikit goresan
Namun terlihat begitu menawan
Kami sangat puas
Setelah itu kami putuskan
Untuk “ngopi” berdua

Kaka (tnp thn)

Engkau Diam 9002 arti


Ada yang sengaja diam agar didekati,
dan ada yang tak mau didekati karenanya diam.
Ada yang malu-malu karena ia ingin tahu,
Ada yang gak tahu karenanya jadi malu.
Maka tunjukkan kekeliruanku
Untuk membantu lebih sayang padamu.

Tiko, april 2009