DILEMPAR BATU

Kadang ku dilempari batu. Entah oleh siapa dan dari mana. Kusangka dari arah semak-semak di kiri dan kananku yang begitu rungkut. Atau dari atas pohon-pohon besar di depan sana atau di belakang tadi, tapi aku tak ambil peduli, aku terus berjalan.
Setelah sampai di jalan panjang itu, kulihat rumah besar, megah dengan halaman luas. Limapuluh macam bunga ditanam disana. Taman dan air mancur dan sebuah kolam yang penuh dengan ikan koi ada disana. Beberapa karya instalasi dan patung menambah semarak suasana.
Kadang aku mendapati rumah itu sangat ramai karena orang-orang berdatangan kesana. Biasanya hal tersebut terjadi 2-3 kali dalam sebulan. Disana berlangsung acara yang meriah dengan orkes dan gambus dengan biduan yang aduhai bahenolnya, dengan setelan celana pendek hampir ke pangkal paha dan baju ketat menggoyang mereka yang ada di sana. Kadang juga musik-musik cadas menderu dan meraung menghentak jantungku walaupun aku hanya sekedar lewat disana, di jalan depan rumah besar itu. Kata mereka di dalam gedung tersebut dipajang lukisan-lukisan yang besar, besar ukurannya, besar pelukisnya, dan besar-besar yang lain.
Pernah aku sesekali berhenti dan menyapa beberapa orang disana, mereka sangat ranah dan bersahabat. Padahal aku belum belum pernah bertemu mereka, tetapi mereka memperlakukanku seperti sahabat dekat, penuh kasih sayang. Mereka mengajakku ke dalam, tetapi aku menolaknya dengan halus. Aku takut sebenarnya takut dan malu, takut tidak bias membalas kebaikan mereka dan malu jika mengotori lantai dan kursi dan mejanya. Akupun mengucapkan terimakasih, dan berharap bertemu dengan kebaikan seperti yang ditunjukkan mereka di perjalananku selanjutnya. Tidak lupa aku jabat tangan mereka dengan mesra dan untaian kata mutiara salam kuberikan. Dan akupun kembali melangkahkan kaki, baru beberapa langkah seperti yang sudah-sudah beberapa batu menimpuk tubuh dan kepalaku entah dari mana dan siapa.
Kanjeng nabi, ketika engkau dilempari batu tidak pernah engkau marah dan membalasnya, bahkan engkau mendoakan untuk kebaikan mereka. Oleh karena itu, untuk menguatkan dan menghibur diriku, ijinkan aku untuk berjalan di belakangmu.

Tiko, feb,2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar