RESTU

Kuas datang kedalam lamunan gelisahku, "apa kabar mas,.. " sapanya, akupun cuma melirikkan bola mataku, menyambut dengan dingin sapaannya. Rasa-rasanya aku ogah untuk mengomentarinya, jangankan berkomentar menatap dengan sungguh-sungguh pun terasa jengah.
Mungkin terlihat janggal dalam pandanganmu, bahkan untuk kami sendiri. Mungkin dia juga merasa muak dengan tingkahku. Kata mereka yang mengutip dari bermacam jenis referensi ramalan entah itu weton, astrologi, tarot, garis tangan, dan lain-lain ditulis kami berjodoh?? (entah), tapi aku tak ambil pusing, karena memang selama ini kami “dengan prinsip sama-sama senang” tanpa ikatan telah “jalan bareng” ya kira-kira selama 12 tahun tanpa tuntutan yang berlebihan dari masing-masing, tetapi sebagai seorang lelaki, aku merasa selalu harus bertanggung jawab kepadanya, oleh karenanya perlakuan baik sebagaimana mestinya selalu ku berikan, dan selama itu pula, dia pun menerimaku apa adanya. Dan kami berjalan menyusuri waktu dengan menggenggam kalimat sakti: Masa Bodo Apa Kata Orang. Seiring waktu berlalu, musim berganti, hingga tiba juga saatnya untuk kami, mempertanyakan kembali apa yang telah kami perbuat dan hasilkan selama ini… tentang keyakinan, keindahan, cita-cita, mimpi, dan kalimat-kalimat sakti hingga kedekatan hubungan aneh ini.
Apakah ini bentuk sebuah penghianatan? Apakah ini sejenis tehnik kerok dan tusukan dari belakang? Atau jangan-jangan sebuah adu domba pemainan harga pihak ketiga? Ah… sepertinya tidak, selama ini dia dan aku tidak ada masalah dengan parau sumbangnya keheningan waktu…
Akupun kembali merunduk merenung, “tidak…, memang tidak bisa dibiarkan berlarut-larut.”

Aku tak bisa terus bersikap seperti ini, seperti sikap wanita yang hanyut dalam hayal minta dirajuk kembali oleh kekasihnya yang telah pergi. Aku seorang lelaki, lelaki sejati, lelaki tulen… pejantan dan tangguh. Lalu, ku pegangi erat gagangnya… "aku akan membawamu kepada mereka, kepada siapa saja."
"Aku tahu kita hidup di dunia yang aneh, dunia yang harus ada legalitas, baju, kopiah, kursi dan sendal. cinta harus mempunyai ijin mereka, cinta harus ada restu mereka."
"Oleh karena itu, akan kubuktikan kembali kembali untukmu… untukku, apakah restu dan surat ijin itu bisa diberikan mereka kepadaku kepadamu kepada kita."
"Kalau mereka memberikannya, tak jadi masalah untuk kita kembali bersama, tetapi jikalau masih juga tak kunjung tiba, aku berjanji,
berjanji membawamu serta ke jalan dan gang yang kebanyakan dari mereka berpaling darinya.

Tiko, September, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar