Tempat Untuk Sembunyi

Tiko, okto 2008


Bukan lagi muluk dalam berkesenian
Tidak berangan memiliki rumah gedongan
Mobil dan motor yang harganya ratusan juta rupiah
Lukisan dengan harga milyaran rupiah
Diantri berjajar puluhan kolektor
Dijunjung-junjung kurator
Dilipstiki kritikus
Diulas tiap hari oleh koran dan majalah
Ditayangkan siang malam oleh televisi
Sebenarnya simpel saja, di apresiasi
Dengan wajar di ijinkan sesekali
Terpajang di dinding-dinding gallery sendiri
Maupun bersama saudara-saudaraku disana
Lukisanku tiap hari menangis
Drawing-drawingku mengerang
Coretanku menjerit…

Teriakannya pada suatu hari:

“Kenapa kau sembunyikan aku, kau sandingkan debu dan sarang

Kau gulung seperti tikar

Kau telingsutkan di gudang gelap nan lembab

Jamur, Coro, Tikus, Teter, Nyamuk

Mereka, mereka yang engkau suruh

Mengapresiasi aku, mencakarku, mengoyakku, mengencingiku.

Masih adakah manusia di situ!”

(Aku terperanjat) “Hey karya tolol, karya jelek, jangan salahkan aku. Seorang sahabat yang beberapa tahun lagi akan menjadi buah bibir, yang orang-orang akan berdecak kagum pada tehnik dan ide-ide karyanya mengatakan perbaiki terus karyamu.

Artinya emang kamu cocok jadi sampah.

Jangan memarahiku apalagi mempengaruhiku.”

“Tapi aku telah kau buat, telah kau lahirkan. Engkau bertanggung jawab penuh- kau harus terima bagaimanapun aku.”

“Aku mengerti itu, dan bukan berarti aku tak mau memperkenalkanmu, mengeluarkanmu, menunjukkan rupamu kepada mereka, melainkan melainkan mereka tak ada yang mau menoleh kepadamu, mereka hanya melihat sesuai dengan yang dinginkan perut, mata, telinga, dan kelaminnya, sesuai dengan kesenangannya.

Jangankan melihatmu, melihatku saja harus sesuai dengan penalaran mata mereka.”

“Dan kamu membela mereka”

“Bukannya begitu, aku adalah bagian dari keseluruhan mereka”

“Bagaimana jika nanti kamu harus mempertanggung jawabkan ini semua”

“Aku juga tidak tahu, harus berbuat bagaimana lagi. Apakah aku harus menggali lobang-lobang terowongan cacing untuk bersembunyi dari terik matahari ini, sedangkan kenyataannya sudah tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar