ANAK NAKAL

Pernah aku ikut-ikutan bersedih dan murung, atas kesempatan mencium dinding-dinding disana. Kadang juga terpancing amarah, padahal kakekat memancing adalah kesabaran berusaha dan menunggu.

Memang aku anak nakal.

Kutendangi kepalanya, tapi yakinlah, tetap kuarahkan ke dalam gawang supaya terjadi goal.

Kuincar jidatnya, kubidik dengan senapan angin biar rasa sakit itu cepat menghilang

Untunglah, memang tak sepantasnya dinding itu menggantikan hajar aswad, dan alangkah sayang jika energimu habis cuma untuk bermain-main amarah.

Akhirnya, lubang-lubang cacing bermunculan di depanku, lobangnya besar sekali. Seluruh perut bumi adalah jalur-jalur rahasianya, di bawah tanah yang terang benderang, ada udara segar dan sinar mentari yang menghangatkan.

Lewat lubang itu engkau bisa menyusup kesetiap rumah diatas sana, bukan cuma seminggu atau sebulan, melainkan setiap saat. Naiklah kesana memasuki setiap ruang hatinya dengan berbekal hatimu, dengan cinta.

Di kolam galleri,

Beristirahatlah sejenak, mungkin engkau berkenan sesekali bersamaku mempercantiknya dengan menanam bunga-bunga, menabur benih ikan, atau mengurasnya jika air disana telah keruh. Semoga saja sumber mata air itu selalu mengalir jernih walaupun musim kemarau tiba.


Tiko, feb, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar