Kesedihan Yang Datang Dan Pergi

Tiko, Nov.08

Hai diriku yang bernama kesedihan.
sudah bertahun-tahun kita akrabi jalan
panjang hari-hari yang dingin dan beku.
yang getir dan tak terelakkan sakitnya.
Hari ini kukembalikan jubah keputus-asaan pinjamanmu.

Hai kesedihan, kau sering mengatakan bahwa kita
tak diberi rizki yang layak oleh Tuhan.
Kau mengajakku menangis di tengah gelap.
Entah mengapa dalam dendam ketidak tahuan malam,
Tiba-tiba bahagia sudah berada disampingku.
Dan benar-benar sudah lama disampingku.
Sejak aku belum bisa menangis cengeng
Seperti ini.
Bahagia mengusap lembut rambutku.
Dan berbisik halus di telinga.
Yang suaranya langsung terdengar
sampai kepusat jantungku.

kenapa kau bersedih cuma karena pemahamanmu yang dangkal
mengenai rizki. dengarkan baik-baik.

Jangan kau ingkari rizki Tuhan yang telah diberikan kepadamu.
Tidak ingatkah engkau kepada kawan-kawan yang menemanimu,
Yang telah berhujan dan berpanasan untukmu,
Menampung curahan kesedihanmu kedalam tempayan perak mereka.
Mencoba memecahkan persoalanmu dengan mencarikan solusi.
Mendukung keputusanmu sepenuhnya dan selalu menemanimu
tanpa berniat sedikitpun meninggalkanmu.
Walaupun kadang kau bersikap tak mau mengerti akan dia.

Jangan kau anggap rizki dari Tuhan itu cuma berwujud
materi kebendaan, kekayaan dan uang.
Nama besar, ketenaran dan apapun yang kau pahami itu.
Hingga bagi engkau yang belum merasa menggapainya,
mati-matian mengejarnya.
Membutakan segala apa yang Tuhan telah anugrahkan kepadamu.
seperti: sahabat, keluarga, guru, kesehatan, lingkungan,
air, udara dan apa saja yang begitu dekat denganmu
seakan tak bisa terlihat sebagai bentuk anugrah
yang harus kau syukuri, sebagai salah satu bentuk pengabdianmu.
mu.

jangan sia-siakan itu semua, lalu temukan tulus dan syukur
dalan setiap jengkal langkahmu.

setelah mengucapkan dengan lembut ditelingaku,
dengan tiba-tiba bahagia tadi menghilang.
Dua butir katanya tentang tulus dan syukur memintaku
untuk selalu memaknai dan menggalinya.
Dalam keadaan kosong kucoba menggenggam erat bayangannya.
dalam seribu tanya.

Setelah jubah keputusasaan kukembalikan kepada kesedihan,
Jubah harapan kukenakan.
Kesedihan-kebahagiaan lenyap dalam waktu yang singkat.
Akupun kembali berjalan.
Baru beberapa langkah,
Kesedihan sudah duduk di depan situ, Berdiam membelakangiku.
Entah siapa yang ditunggunya.
Entah apa yang dilakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar